Waaw... jadi kalok gak kaya gak islam maksudnya…yang
betul aja gan…mau nulis atau mau ngajak ribut ini...??? Udah gak usah panik
dulu, di baca dulu sampai selesai baru komentar, ok . . . Begini maksudnya…oy,
jangan nanya dulu kalau belum selesai baca ya… dan kalau sudah faham langsung
di share biar yang lain juga tau.
Pembaca jelas sudah tau sedikit banyaknya dengan kisah
Rasulullah SAW. Mulai dari mengembala kambing, berniaga , hingga menjadi
khalifah di muka bumi ini. tapi yang jelas pembaca jelas sudah tau kalau
Rasulullah SAW itu kaya raya dan hidup dengan kesederhanaan. Istri Rasulullah
SAW dan para sahabat juga kaya raya. Tidak bisa dipungkiri kalau seluruh
teladan ummat islam itu merupakan orang
yang kaya raya. Dan ini merupakan sejarah berdiri dan menyebarnya agama Islam.
|
Islam itu
harus kaya
|
Rasulullah SAW juga pernah hidup miskin, tapi
miskinnya nggak lama-lama. Tapi bagaimana dengan kita ya??? Jawab sendiri aja
ya, hehe… Rasulullah SAW itu lebih lama kayanya dari pada miskinnya, dan dapat
dibuktikan dengan:
Ø
Rasulullah
SAW mulai berdagang sejak umur 12 tahun dan menjadi pengusaha selama 25 tahun
Ø
Rasulullah
SAW berdagang hingga menjangkau 18 negara yakni Syiria, Yaman, Iraq, Yordania,
Bahrain, Busra, dan lain sebagainya
Ø
Rasulullah
SAW memberikan mas kawin berupa puluhan ekor unta yang masih muda, dan kalau
dirupiahkan mencapai ratusa juta rupiah
Ø
Memiliki
al-qashwa yaitu unta pilihan dan juga unta perah maupun keledai, dan masih
banyak lagi yang lainnya.
Menurut Dr. Jaribah dalam bukunya yang berjudul
Fikih Ekonomi Umar dijelaskan bahwa warisan Umar bin Khattab itu sebanyak
70.000 properti yang senilai triliunan rupiah. Ustman bin Affan meninggalkan
warisan properti sepanjang daerah Aris dan Khaibar dan nilainya juga triliunan
rupiah. Istri Rasulullah SAW malah lebih kaya lagi dari Rasul. Pendiri NU Hasyim Asyari dan Muhammadiyah Ahmad Dahlan
serta Maulana Mghribi pimpinan Wali Songo juga merupakan orang yang kaya.
Lantas kalau kita miskin, kita ini mengikut teladan yang mana ya???
Jika orang miskin dikenal dengan kesabarannya, dan
orang kaya itu dikenal dengan kesyukurannya, dan keduanya akan memperoleh
kemuliaan di sisi Allah SWT. Lantas, apakah kita mau memilih jadi orang miskin?
Jika kita kaya, kita akan semakin mudah untuk melakukan kebaikan-kebaikan
seperti memberangkatkan orang haji maupun umroh, membangun sekolah atau
pesantren, membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain, dan lain sebagainya.
Sekarang mari sejenak kita kembali melihat keadaan zaman
Rasululullah SAW serta mari kita analisa dan bandingkan dengan keadaan zaman
sekarang ini.
Ø
Al-Qashwa
merupakan unta terbaik sebagai kendaraan yang digunakan oleh Rasulullah SAW.
Kalau zaman sekarang itu seperti mobil SUV yang gagah dan mampu berjalan di
segala medan.
Ø
Rasulullah
SAW juga memberi nasehat agar mengajari anak untuk menunggangi kuda. Kuda itu
merupakan hewan yang berkaki empat yang di jadikan kendaraan. Kalau zaman
sekarang, tidak ada salahnya jika kita di anjurkan untuk mengajari anak-anak
kita untuk mengemudi kendaraan roda empat bukan?
Ø
Rasulullah
SAW juga pernah memberi nasehat agar mengajari anak untuk berenang. Kalau zaman
sekarang itu merupakan isyarat agar rumah kita memiliki kolam renang, agar anak
maupun istri dapat belajar berenang di rumah dengan nyaman dan syariah.
Ø
Kata
orang harta itu tidak dibawa mati. Tapi bagaimana jika harta yang kita punya
itu di belanjakan di jalan Allah SWT. Bukankah harta itu yang jadi penolong
kita kelak?
Ø
Ada
juga yang beranggapan kalau kaya itu identik dengan Fir’aun dan Qorun. Bukankah
seharusnya orang kaya itu identik dengan Umar dan Usman?
|
Kaya itu
pilihan, bukan nasib
|
Nasehat dan kisah di atas memberi isyarat kepada
kita agar kita juga harus kaya seperti Rasulullah SAW dan juga para sahabat.
Kaya melalui jalan yang halal, bukan menghalalkan segala cara untuk kaya. Jadi
di sini perlu kita garis bawahi bahwa kekayaan itu bukanlah merupakan tujuan
utama bagi kita untuk meneladani Rasulullah SAW dan juga sahabat. Tapi
jadikanlah harta kekayaan kita itu sebagai alat atau sarana bagi kita untuk
mempermudah proses beramal kita.
Langkah awal untuk menjadikan kita kaya yaitu:
Ø
Menggantungkan
sepenuhnya harapan hanya kepada Allah SWT
Ø
Fokus
hanya kepada satu bidang saja
Ø
Perluas
relasi
Ø
Tidak
menunda setiap pekerjaan yang ada
Kemudian langkah selanjutnya yaitu perbanyak
sedekah. Karena sedekah itu balasannya akan dilipat gandakan dan mampu menjadi
proteksi diri dari segala hal yang tidak di inginkan. Jadi, sedekah ini bisa
dikatakan investasi, semakin besar kita berinvestasi, maka semakin besar pula
hasil yang akan kita dapatkan. Begitu juga dengan sedekah, semakin besar kita
bersedekah, maka semakin besar juga balasan yang kita terima. Jadi sedekah itu
perlu di latih agar menjadi besar. Untuk membiasakan bersedekah memang bisa
dikatakan sedikit sulit. Dengan kata lain, bisa dikatakan berawal dari terpaksa atau di paksa, kemudian menjadi
bisa dan akhirnya menjadi biasa dan kebiasaan. Jika sudah kebiasaan, maka
sekali saja tidak bersedekah akan terasa seperti ada yang kurang.
Jadi, jika kita dilahirkan dari keluarga miskin, itu
biasa. Tapi, kalau kita meninggal dalam keadaan miskin, itu baru luar biasa
(parahnya) . . .
Sumber: Percepatan Rezeki by Ippho
Sanstosa