Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang
paling sempurna. Walaupun demikian, tak ada salahnya jika dan harus belajar
dari makhluk-makhluk ciptaan Allah SWT lainnya yang tidak se sempurna manusia.
Di balik kesempurnaan penciptaan manusia, manusia tetap memiliki kekurangan
dari sifat maupun tingkah laku. Ada kalanya manusia itu akan lebih rendah
derajatnya dari hewan. Dalam pembahasan kita kali ini, penulis akan membahas kesamaan
Manusia (Ummat Muslim) dengan Ulat (cikal bakal Kupu-Kupu).
Begini kisahnya…
Manusia (ummat Muslim) itu tak ubahnya seperti ulat
sebagai cikal bakal kupu-kupu. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dan ulat
itu akan makan dan minum sepuasnya. Kalau ulat, akan makan dan minum
seperlunya. Ada sebagian manusia makan dan minum terkadang sampai berlebihan,
hingga menimbulkan penyakit dalam diri. Dengan kata lain, manusia terkadang
tanpa disadari akan menzalimi dirinya sendiri. Sedangkan dirinya sendiri di
zaliminya, bagaimana dengan orang lain ya…??? Waaw . . . sadis . . . dan itulah
yang sudah sering terjadi belakangan ini. Itulah masa di mana saat manusia itu
lebih rendah dan hina dari hewan.
Sebelas bulan setiap tahunnya, manusia (Ummat Muslim)
bebas makan dan minum di siang ataupun malam hari. Sama halnya seperti ulat
yang merupakan cikal bakal kupu-kupu. Jumpa daun, daun dimakan. Jumpa batang,
batang dimakan. Jumpa bunga, bunga pun dimakan. Apalagi jumpa buah, ya jelas
dimakan, piye toh . . . Akan tetapi, setiap makanan yang dimakan oleh ulat
tersebut itu tetap dalam keadaan bersih. Lain dengan manusia, makanan dan
minuman yang dikonsumsi sehari-hari itu belum tentu di jamin kebersihannya. Di
sini bersih dalam arti kata halal. Banyak dari anak manusia mengkonsumsi
makanan dan minuman itu sembarangan, mulai dari yang halal sampai yang haram
pun akan dikonsumsi.
Di satu sisi, itulah kesamaan manusia dengan ulat
tersebut, akan makan dan minum sepuasnya. Tetapi, jika dilihat dari sisi lain,
terdapat jauh perbedaan antara manusia dengan ulat yaitu, makanan yang dimakan
oleh ulat itu jauh lebih bersih dan menyehatkan jika dibandingkan dengan apa
yang dikonsumsi oleh manusia. Ulat akan tetap memilih setiap makanan yang akan
dikonsumsinya. Ulat tidak akan pernah mau makan sembarangan. Ulat akan
menyeleksi setiap makanan yang akan diknsumsinya.
Setelah memasuki bulan Ramadhan, manusia (Ummat
Muslim) akan berpuasa sehari penuh tanpa ada makan dan minum (walaupun banyak
juga yang gak puasa sih, hehe . . .). Berpuasa guna menjadikan diri jauh lebih
baik dengan harapan mendapatkan pengampunan dari Allah SWT seperti seorang anak
yang baru dilahirkan dari rahim seorang ibu. Begitu juga dengan ulat, mereka
juga akan berpuasa di saat mereka memasuki fase kepompong (proses metamorfosis kupu kupu). Ulat juga memiliki
harapan agar dapat berubah jauh lebih baik dari sebelumnya yang terkadang
terlihat menjijikkan.
Setelah menjalankan puasa satu bulan penuh, maka
tibalah saatnya Idul Fitri (1 Syawal) di mana manusia akan mencapai fitrahnya
bagi yang berhasil menjalankan puasany, suci dan indah seperti anak yang baru
dilahirkan oleh ibunya. Begitu juga dengan ulat, setelah berpuasa pada saat
mereka dalam fase kepompong, mereka akan berubah dan akan terlahir sebagai
kupu-kupu yang indah dan menawan yang selalu menghiasi taman dan selalu akan
menambah keindahan taman tersebut.
Setelah memasuki kehidupan baru (selesai berpuasa),
manusia akan kembali ke fitrahnya, dan ulatpun sudah menjadi kupu-kupu. Maka
akan kembali lagi terjadi perbedaan dan kesamaan antara manusia (Ummat Muslim)
dengan kupu-kupu, yaitu:
·
Manusia
akan kembali lagi bebas makan dan minum sepuasnya, bahkan tidak sedikit dari
mereka merayakan hari kemenangan dengan makanan dan minuman yang haram (kembali
ke yang tidak baik/kotor) dan melanjutkan kehidupan sampai sebelas bulan ke
depan dengan harta yang dihasilkan dengan cara yang tidak halal.
·
Kupu-kupu yang sudah mengalami proses metamorfosis sempurna akan mengkonsumsi makanan jauh lebih sehat dan bersih dari saat ia menjadi ulat.
Kupu-kupu akan mengkonsumsi sari-sari makanan yang terdapat pada bunga-bunga
indah yang bermekaran di taman. Sama indahnya seperti kupu-kupu yang telah
melewati masa di mana mereka harus berpuasa saat memasuki fase kepompong.
Keberhasilan seseorang dalam berpuasa itu dapat di
analogikan seperti proses metamorfosis pada kupu-kupu. Setelah menjalankan
ibadah puasa hendaknya seperti kupu-kupu yang indah tersebut, tidak pernah
makan sembarangan melainkan dari inti sari bunga yang mekar yang jauh lebih
terjamin kebersihan, kesehatan maupun kesuciannya. Jadi, diharapkan pencapaian
keberhasilan dalam berpuasa itu menjadikan manusia (Ummat Muslim) memiliki
filter maupun proteksi diri yang lebih baik dari sebelumnya akan membaik lagi
dari hari ke hari.
Dengan kesungguhan dan keikhlasan dalam menjalankan
puasa diharapkan dapat mengembalikan manusia ke fitrah yang sesungguhnya
seperti sebuah kertas putih yang polos dan belum berisi tulisan, gambar, bahkan
bahkan sebuah coretan walaupun setitik.